Minggu, 20 September 2009

Negeri Penuh Teka-Teki

Negeri Penuh Teka-Teki
By: Ana fadhilah

Aku melihat ribuan malaikat begitu memihak negeri ini.
Syukurlah! ibarat hutan kala petang,
dipenuhi ribuan kunang, terang, batin ini.

Tetapi, ku tak habis pikir, ketika jiwa penuh kepastian di dalamnya.
Ibarat butterfly bebas melapangkan sayapnya.
Ibarat putri malu dengan enjoynya menatap alam, damai, tenang,
tiba-tiba terusik oleh dimensi bermata tajam, kurasa itu elang.
Merunduklah dia, tanda ketidakberdayaan.

Mana, mana kunang-kunang itu!
Apa mereka mati begitu saja dengan cahaya yang ternyata membekas semu?
Ataukah mungkin mereka terkalahkan oleh dimensi penyebar racun busuk menusuk?

Ooh…dimana kau kancil, si cerdas pembawa keberuntungan?
Buktikan, keluarkan isi otakmu!
Selamatkan duniamu!

Syukurlah! Dewi Fortuna mulai tergugah memihakku.
Ah, tidak mungkin! ternyata dia mulai suka permata biru.
Padahal ku tak punya itu.
Ah sedih! begitu cepat kebaikannya kan jadi masa lalu.

Aduh gusti, harus kemana lagi kakiku memijakkan harapan.
Kemana harus kukejar kepribadian yang mulai memudar.
Ku sadari itu sulit, tapi asa harus tetap bersinar.
Hanya ada satu tangga ikhtiar.
Bersatu dalam terang, tiada kunang mata hatipun jadi harapan.

Namun, nasib…nasib…semua tergantung nasib!
Hanya doa selubungnya.
Demi martabat suci negeri ini.
Negeri penuh teka-teki tak bertepi.
Puisi ini aku tulis karena melihat kondisi keamanan Masisir yang bener2 diujung pedang. Masisir yang sering ketakutan tanpa bisa berkata dan berbuat apa2 "wong cilik" istilahnya, ke kanan bahaya, ke kiri bahaya, kl' nengah terus kok keliatannya kayak pecundang... jd serba salah tp tetap semangat buat Masisir...!

4 komentar:

  1. puisinya bagus !!
    semoga di beri jalan buat lari dari pedang ,kheheheh ,

    BalasHapus
  2. hehhehe... iya nuel moga dpt jalan tengks dh mau baca... doain neh mg tetep semangat kyk dirimu

    BalasHapus
  3. oiya tengkyu sobatku angga pril... atas komen pertama nya sory baru balas... he2

    BalasHapus