Minggu, 20 September 2009

Catatan Akhir Ramadhan: kenang2an Ramadhan 1430 H

Bismillahirrahmaanirrahiim
Majlis A’la, Penghujung Ramadhan 1430

Gara-gara Flu Babi

“Mbak, pakai selimut gih, biar tubuhnya anget dan bisa keluar keringat kalau pakai jaket ana kira lom manjur obatnya”
“oh gitu yah… tapi selimut kakak kotor dek, gmn coba?”
“santai aja pakai punyaku. Aku menawarkan selimutku pada kakak seniorku. Kak Kiki namanya. Dia orang terlama yang tinggal di Majlis A’la. Dan aku pindah ke sana baru seminggu yang lalu. Selain Kak Kiki temanku dari Indonesia ada 5 orang diantaranya Kak Rara, Kak Santi, Kak Jia, begitu juga teman seletingku Iin dan Ninis.
Kali ini aku kasihan sekali melihat kondisi Kak Kiki dia sakit demam tinggi disertai batuk dan sakit kepala. Karena aku merasa sehat-sehat saja, itung-itung amal ibadah di bulan puasa, aku pinjamkan selimut tipis satu-satunya milikku itu, selimut khusus musim panas. Sebenarnya dalam benakku, aku juga merasa takut dengan kesehatanku. Tak tahu kenapa, semenjak di Mesir kondisi tubuhku terbilang kurang stabil, apalagi kalau sedang pergantian musim, seperti sekarang ini. Setiap tidur malam aku selalu memakai selimut, meskipun musim panas. Begitu juga ketika menyalakan kipas angin, aku selalu memencet tombol nomer 5, alias tombol mati rasa demikian teman-temanku menyebutnya, karena angin yang dihasilkan pasti tidak memuaskan. Tak lupa dengan jendela, kalau mau tidur malam pasti aku tutup. Aku paling takut dengan angin malam. Untungnya orang yang sekamar dengan aku selalu kebetulan mempunyai kebiasaan yang sama, kurang suka kipas angin. Syukur dengan alternatif seperti itu aku jarang sakit. Tapi entah ketika Ramadhan, aku tidak pernah absen dari sakit, mungkin sejauh yang kurasakan, pergantian musim kebetulan selalu tepat bulan Ramadhan. Memang sudah nasib, meski sudah aku cegah, ada saja penyebab lain yang tak sengaja membuatku sakit. Pergantian musim membuatku mengerti betapa indahnya nikmat sehat yang diberikan oleh Allah. Seperti di hari keduabelas Ramadhan ini, menjelang makan sahur tenggorokanku terasa kering , badan tiba-tiba demam dan flu yang membuat kepala pening. Aku putar otakku ke pusat penyimpanan memori “waduh… ini salahku udah tahu pergantian musim kenapa semalem aku minum es tamer hindi, setelah itu minum haga sa’ah lagi, ma’as salamah… .“ Memang terkadang kita lalai kalau mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Akhirnya secara terpaksa aku pinjam selimut Ninis yang kebetulan nganggur.
“Wah… dek selimutnya muter dunk” kata Kak Kiki setelah tahu aku memakai selimut Ninis.”ma’alisylah kalo’ adek ikutan sakit”
“iya mbak… hehe santai aja, memang sudah waktunya sakit”
Beberapa saat kemudian tepat setelah solat subuh aku dikejutkan oleh suara tangisan dari ranjang tepat di atas ranjangnya Kak Kiki. Setelah aku lihat ternyata Kak Rara menangis kesakitan.
“dek… aku demam tinggi banget… aku takut… ini flu babi gak yah…cz barusan aku buka di google, nih baca gejalanya sama banget.” Sambil menyodorkan hp ke hadapanku ”2 orang presiden abis pulang dari tugasnya pas pemeriksaan di Bandara terpaksa diisolasi gara-gara terkena Flu Babi, lagian tiap malem kita ikutan nadwah ke Husein dan banyak turisnya, aku takut dek ketularan Flu Babi?”
Aku sempat ketawa mendengar keluhan dan ketakutan dia, maklum semalam nadwahnya tentang Flu Babi dan pematerinya adalah Mentri Kesehatan Mesir. Aku beranggapan Kak Rara pasti terhipnotis oleh keterangan-keterangan yang dia tangkap semalam.
“udah kak santai aja, aku juga sakit kayak kakak dan seperti ini aku seriing ngerasain pas pergantian musim, Insyaallah cepat sembuh kok asal minum obat”
“dek… aku takut berobat di Mesir, abis minum obat dari dokter Mesir terkadang jantung kakak terasa sakit banget. Aku mau nelpon KBRI dek, mumpung deket biar dikasih tahu RS mana yang pas buat kita, lagian kita berempat sakit semua, jadi kita punya alasan kuat untuk meminta tolong mereka” kembali Kak Rara ketakutan. Di saat yang sama Ninis juga mengeluh kurang enak badan dengan gejala yang persis seperti aku, sehingga pasien bertambah 2 orang, Kak Rara dan Ninis.”
“terserah kakak deh… “
Sore harinya Ibu Nela pegawai konsuler dengan sopir tak tahu siapa, aku belum sempat kenalan, menjemput kami berempat. Kita dibawa ke RS. Humayatul Abbasyah. Ternyata di sana banyak sekali pasien dengan gejala yang tidak jauh berbeda dengan kita. Setelah daftar, dokter memberi thermometer pengukur suhu panas tubuh pada kita, kemudian satu per satu kita diperiksa dan dilihat tensi darahnya. Dan hasilnya Alhamdulillah kita negatif, alias tidak terkena Flu Babi. Kita bertiga hanya di suruh untuk istirahat cukup. Beda dengan Kak Rara selain istirahat cukup dokter menyuruh dia untuk infus tanpa opname.
Sambil menunggu Kak Rara selesai diinfus, aku istirahat di mobil. Di dalam mobil aku perpikir, kenapa sakitnya Kak Rara lebih parah dari kita bertiga, padahal gejalanya sama dan waktu sakitnyapun hampir bersamaan. Aku ingat pernah sharing dengan temanku mengenai kasus yang sama seperti ini yaitu ada penyakit yang dipicu dengan keadaan jiwa seseorang atau disebut dengan psikosomatik. Misalnya, gara-gara stress asam urat bisa bertambah. Dari awal Kak Rara sudah takut dengan penyakitnya, takut kalau terkena Flu Babi. Akibatnya ketakutan itulah yang justru mempengaruhi psikologi dia dan menjadikan kondisi tubuhnya lebih lemah dibanding kita bertiga.
Setelah semua selesai kita di antar kembali ke asrama. Di perjalanan aku melihat Bu Nela sibuk menerima telpon. Bolak-balik handphonenya berdering menanyakan bagaimana hasil diagnosa dokter, apakah kita terkena Flu Babi atau tidak. Tak kusangka gara-gara takut terkena Flu Babi, banyak pegawai KBRI menghawatirkan kondisi kesehatan kita. Sesampai di asrama pun para ablah menanyakan hal yang sama. “Ya robb… padahal hanya sakit demam biasa” batinku “semua gara-gara Flu Babi”.
Yah… jangan salahkan jika manusia selalu dirundung rasa khawatir, rasa takut atas musibah. Meski hanya demam dan flu biasa, jangan remehkan apalagi sekarang lagi gencar-gencarnya penyakit Flu Babi. Sebagai manusia kita hanya bisa berusaha mencegahnya. Membiasakan cuci kaki, wajah dan telapak tangan setelah keluar rumah adalah salah satu cara mencegah penyakit Flu Babi. Siapa tahu???… Naudzubillah. Semoga Allah melindungi kita. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar